Topik kita kali ini seputar Kuliner loh..
Kalian pasti kenal dong sama jenis ikan yang satu ini?
Yap! Lele.
Eits! Tapi kita bukan mau bahas lele loh ya, kali ini kita akan membahas tentang pengusaha lele modern di Indonesia..
Siapa lagi kalau bukan Rangga Umara.
Rangga Umara merupakan salah satu pengusaha bidang kuliner yang sukses di Indonesia bahkan sampai ke Malaysia. Pecel Lele Lela, merupakan nama rumah makan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia terutama di Jakarta. Pecel Lele Lela sendiri sudah didirikan pada Desember 2006 dan ini sudah memiliki 70 cabang Pecel Lele Lela yang telah meraih omset hingga Rp 4,2 Milyar per bulan.
Berawal dari nama Rangga Umara menjadi salah satu orang yang masuk kedalam daftar PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di salah satu perusahaan swasta tempat Rangga bekerja, saat itu beliau menjabat sebagai manajer. Melihat rekan-rekan kerja nya yang satu-persatu mulai keluar karena di PHK, Rangga memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaannya, yang pada saat itu beliau juga memiliki tanggungan istri dan anak pertamanya.
Setelah keluar dari tempat kerja nya, Rangga memutuskan untuk membuat usaha demi menutupi kebutuhan rumah tangga nya. Dengan bermodalkan Rp 3 juta, beliau mulai mencari lahan atau tempat untuk memulai usahanya. Mencari biaya sewa termurah adalah pilihan yang utama, akhirnya Rangga menyewa lahan 2x2 meter di kawasan Pondok Kelapa dengan biaya sewa Rp 250.000 untuk dijadikan warung kaki lima semipermanen. Usaha yang dipilih adalah usaha kuliner dengan bahan baku utama nya adalah Lele. Karena, setiap model tenda yang menjual pecel lele selalu sama, selain itu lele juga merupakan brand makanan yang murah. Dari hal sepele itulah muncul niatan untuk membuka warung makan Pecel Lele Lela. Nama 'Lela' sendiri bukan lah nama keluarga, anak, atau istri. Melainkan singkatan dari 'Lebih Laku' karena singkatan tersebut juga bisa menjadi do'a untuk usaha Rangga kelak.
Awalnya, usaha yang Rangga jalani tidak berjalan mulus. Selama tiga bulan pertama beliau selalu rugi, dikarenakan sepi pembeli. Tetapi, beliau tetap bersemangat menjalankan usahanya. Sampai suatu hari beliau mencari tempat lain dan mendapat tempat semi permanen di daerah yang sama dengan biaya sewa Rp1 juta per bulan. Biaya sewa yang Rangga keluarkan ternyata sebanding dengan banyak nya konsumen yang datang. Ternyata, kesalahan pertamanya terdapat di lokasi. Lokasi pertama yang Rangga pilih tidak strategis, jadi sulit bagi konsumen untuk mengetahui usaha baru milik Rangga.
Setelah beberapa bulan, keuntungan Rangga pun meningkat menjadi Rp 3 Juta perbulan. Namun, ternyata hal ini tidak berdampak baik bagi usaha milik Rangga. Ternyata pemilik rumah menaikkan biaya sewa menjadi Rp 2 Juta perbulan. Hal ini menjadi kendala kedua bagi Rangga, bukan hanya memikirkan biaya sewa, tetapi juga memikirkan bagaimana caranya beliau bisa membayar gaji karyawan-karyawannya. Hingga akhirnya, Rangga memutuskan untuk meminjam uang kepada rentenir sebanyak Rp 5 Juta untuk membayar gaji karyawan-karyawannya. Meminjam uang kepada rentenir ternyata bukan jalan yang baik, karna akhirnya pendapatan Rangga minus dan tidak bisa membayar kontrakan sampai-sampai istri dan anak nya mengungsi ke rumah mertuanya.
Kejadian tersebut betul-betul membuat Rangga terpukul. Sampai-sampai mertua menegur karena Rangga dianggap tidak mampu membahagiakan anaknya. Beliau pun mengevalusi total dari usahanya selama ini. Sejak saat itu, Rangga mengubah persepsinya. Sebelumnya, dia selalu mengesampingkan urusan keluarga dengan alasan bisnis. Bukan hanya urusan membayar uang kontrakan, tapi juga perhatian dan waktu. Prinsip yang akhirnya dia pakai saat itu adalah "Keluarga tetap yang pertama, setelah itu baru bisnis. Kalau kita sukses mengelola keluarga, bisnis akan mengikuti".
Setelah itu, Rangga membenahi semua manajemen rumah makannya. Apalagi, saat itu beliau bertemu dengan salah seorang teman lama yang bekerja di sebuah waralaba internasional bidang ayam goreng. Dia memberikan banyak saran kepada Rangga yang hanya diberikan uang transport sebagai imbalan.
Rangga kemudian belajar tentang banyak hal dari rekannya itu. Mulai dari membenahi manajemen menjadi lebih efektif, membuka cabang-cabang baru untuk rumah makannya, bahkan sampai merekrut sejumlah karyawan yang dulunya adalah eks manajer dari perusahaan waralaba yang terkenal menjadi manajer di cabang-cabang miliknya yang sedikit demi sedikit mulai bertambah. Secara perlahan, bisnisnya mulai tumbuh. Dia juga memberikan waktu lebih untuk keluarga. Setelah bisnis usaha nya berkembang, Rangga mulai menulis buku berjudul Dream Book yang didalamnya berisi tulisan tentang keinginan-keinginan yang akan beliau raih, lengkap beserta bagaimana cara meraih keinginan tersebut.
Dibalik kesuksesannya, terdapat beberapa faktor (eksternal dan internal) yang membuat Pecel Lele Lela Rangga dikenal banyak orang, seperti :
1. Berani menanggung resiko dengan keluar dari perusahaan lamanya dan membuat usahanya sendiri
2. Keinginan untuk membuat usahanya menjadi dikenal banyak orang
3. Pantang menyerah walaupun adanya kendala-kendala yang bermunculan, dan
4. Yang paling utama adalah adanya support dari keluarga, dimana Rangga diwajibkan untuk memberi nafkah istri dan anaknya. Hal itulah yang membuat Rangga tetap optimis demi menyukseskan usaha Pecel Lele Lela nya.
Daftar Pustaka :
- http://www.jpnn.com/news/rangga-umara-pengusaha-muda-yang-menggapai-sukses-dengan-menulis-dream-book
- http://www.ayopreneur.com/makanan/kemauan-dan-tekun-kunci-sukses-rangga-umara-jalani-bisnis-kuliner
- http://geazzy-corner.blogspot.co.id/2013/11/kisah-inspiratif-rangga-umara-pengusaha.html?m=1
- http://kabarkampus.com/2013/06/rangga-umara-raih-untung-dari-pecel-lele-lela-8-2-milyar-per-bulan/